Referendum kemerdekaan merupakan salah satu mekanisme yang digunakan sebuah
komunitas bangsa dalam memperjuangkan pengakuan terhadap identitasnya. Dari
berbagai referendum kemerdekaan yang terjadi pada abad ke-21, hampir seluruhnya
memiliki tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi yang ditunjukkan dari angka voter
turnout di atas mayoritas, kecuali referendum kemerdekaan Catalunya pada tahun 2017.
Sejak tahun 2000-an, dinamika dan ketegangan sosial, politik, dan ekonomi antara
Catalunya dengan Spanyol memunculkan tuntutan otonomi yang lebih besar, bahkan
kemerdekaan. Kampanye kemerdekaan yang diorganisasi di tingkat akar rumput maupun
elite akhirnya berujung pada penyelenggaraan referendum pada 1 Oktober 2017 oleh
Pemerintah Otonom Catalunya. Namun, referendum tersebut hanya dihadiri oleh 43%
dari seluruh pemilih sah. Penelitian ini mendalami alasan rendahnya angka turnout dalam
referendum tersebut dengan menggunakan tesis Máiz tentang faktor-faktor politik dalam
mobilisasi nasional dan etnis. Penelitian ini menemukan bahwa prakondisi etnis dalam
gagasan tentang bangsa Catalunya digunakan oleh massa dan dimanipulasi oleh para elit
yang mencari dukungan elektoral dalam berbagai pemilu tingkat regional. Hubungan dua
arah yang saling mempengaruhi di antara keduanya membantu melebarkan peluang
politik gerakan pro-kemerdekaan. Namun, kampanye pro-kemerdekaan tersebut hanya
populer di kalangan masyarakat yang memang mendukungnya. Sebagian masyarakat lain
menjadi silent majority yang tidak melihat insentif material dengan kemerdekaan
Catalunya sebagaimana dikampanyekan oleh massa dan para elite politik.
Deskripsi Lengkap