Setiap tahunnya dunia menghasilkan lebih dari 1.3 miliar ton limbah makanan dan
terus bertambah seiring dengan meningkatnya pemasukan masyarakat. Fakta ini
membuat limbah makanan menjadi salah satu masalah lingkungan yang dihadapi
oleh negara-negara di dunia, termasuk Korea Selatan. Negara ginseng ini pertama
kali mengambil tindakan akan masalah sampah di tahun 1995. 25 tahun kemudian,
tepatnya pada tahun 2020, bahwa laju daur ulang limbah makanan di negara ini
telah mencapai 95%. Modernisasi ekologi dengan perspektif konsumsi domestik
oleh Spaargaren (1987) digunakan sebagai konsep teoritis untuk menganalisis
perkembangan yang perlu dilakukan oleh lembaga-lembaga masyarakat modern
untuk memecahkan masalah krisis ekologi. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis keberhasilan kebijakan penganganan limbah makanan di Korea
Selatan pada tahun 1995 hingga 2020 dengan menggunakan model analisis
modernisasi ekologi. Hasil yang didapatkan adalah Korea Selatan berhasil
mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh limbah makanan dengan menerapkan
kebijakan-kebijakan yang mengatur, seperti aturan pemisahan dan daur ulang
sampah; adanya usaha untuk meningkatkan partisipasi aktif dari aktor-aktor sosial
dengan kampanye sosial, publikasi media, dan penanaman budaya; serta
perkembangan teknologi terkait penanganan masalah limbah makanan seperti di
antaranya tempat sampah pintar berbasis RFID, mesin pengering dan pengurang
volume limbah makanan, dan teknologi pengubah sampah menjadi energi
terbarukan.
Deskripsi Lengkap