Pemberitaan tentang anak laki-laki yang menjadi korban perkosaan seringkali
mendapat tanggapan buruk oleh pembaca berupa komentar negatif. Hal tersebut dapat
disebut sebagai secondary victimization terhadap anak laki-laki korban perkosaan.
Munculnya tanggapan tersebut berhubungan dengan upaya patriarki untuk menegakkan
mitos tentang perkosaan laki-laki di masyarakat atau disebut male rape myth. Untuk
menjelaskan hal tersebut, penulis menggunakan konsep male rape myth dari Turchik dan
mengelaborasinya dengan konsep secondary victimization dari Tavares. Data yang
digunakan untuk menjelaskan fenomena ini diperoleh dari kolom komentar pada dua
pemberitaan di media massa online TribunNews, dan dianalisis menggunakan metode
analisis isi kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa komentar buruk yang diberikan
masyarakat merupakan bentuk secondary victimization terhadap anak laki-laki korban
perkosaan. Komentar buruk tersebut muncul karena adanya upaya untuk menegakkan
male rape myth dalam masyarakat patriarki.
Deskripsi Lengkap