Penelitian ini menganalisis perilaku memilih masyarakat penghayat kepercayaan di Kota
Semarang. Penelitian ini berargumen bahwa persoalan memilih yang dilakukan
masyarakat penghayat kepercayaan dalam kontestasi Pilpres 2019 dipengaruhi oleh
pilihan rasional keagamaan. Mekanisme memilih yang dilakukan penghayat kepercayaan
bekerja melalui konsep modal religius berdasarkan tindakan spiritual yang dilakukan
(Iannaccone, 1997). Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang dibantu
dengan data kuantitatif (dua level). Teknik pengambilan data digunakan dengan
wawancara mendalam dan survei sederhana secara proporsional. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa mekanisme memilih pada basis sosial penghayat kepercayaan di
reproduksi melalui ritual-ritual kepercayaan (panyuwunan) yang berfokus pada
penentuan calon presiden. Ritual (pilihan rasional keagamaan) ini digelar oleh MLKI
Pusat dan daerah, yang memunculkan sosok Jokowi sebagai calon pilihan, dengan tanda-
tanda yang bersifat spiritual. Tanda yang muncul ditafsirkan sebagai petunjuk yang
kemudian di sosialisasikan pada seluruh penghayat kepercayaan guna memobilisasi
teknis perilaku memilih pada Pilpres 2019. Fakta ini di dukung dengan data kuantitatif
berupa mayoritas responden sebanyak 91% penghayat kepercayaan mendukung Jokowi
sebagai Presiden Indonesia. Hal berikut di dasari oleh sosok Jokowi yang melindungi
penghayat kepercayaan (37,6%). Hal ini menunjukkan bahwa pilihan rasional keagamaan
beroperasi melalui religious capital yang berupa akumulasi pengetahuan dan pengalaman
spiritual keagamaan elite organisasi penghayat seperti MLKI dan paguyuban penghayat,
guna memobilisasi konstituen untuk memilih salah satu calon, yakni pasangan calon
presiden dan calon wakil presiden Jokow-Ma?ruf.
Deskripsi Lengkap