Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan otonomi tubuh perempuan penyanyi dalam industri
musik dangdut. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa perkembangan musik dangdut
tidak terlepas dari keberadaan perempuan, bahkan perempuan menjadi aktor yang dominan
meski hingga saat ini masih tetap berada dalam posisi lemah, tidak memiliki otoritas terhadap
tubuhnya. Argumen penelitian ini adalah komodifikasi tubuh perempuan menghasilkan
objektivikasi sekaligus subjektivitas bagi perempuan, dan tubuh perempuan lebih sebagai
komoditas bisnis (obyek) akibat pengaruh hegemoni kekuasaan. Berbagai penelitian tentang
perempuan dalam industri musik dangdut menunjukkan tidak mudahnya bernegosiasi atas
tubuhnya. Penelitian ini mengisi kekosongan studi tentang strategi negosiasi perempuan
penyanyi dangdut dalam menentukan otonomi atas tubuhnya. Studi ini menggunakan konsep
otonomi tubuh, eksploitasi tubuh perempuan dalam industri musik dangdut dan negosiasi.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan melakukan wawancara
mendalam terhadap 5 orang perempuan penyanyi yang bergabung dalam industri musik
dangdut Alta Musik Pugung Lampung. Studi ini menemukan perempuan dapat menjadikan
tubuhnya sebagai subyek dengan strategi menjadikan dirinya sebagai pengendali tubuhnya.
Artinya ia leluasa menggunakan tubuhnya untuk mencapai berbagai kepentingan, salah satunya
kebebasan mengekspresikan diri sebagai perempuan penyanyi tanpa ada paksaan berpakaian
dan berpenampilan ?seksi? di atas panggung. Dinamika otoritas tubuh perempuan dapat dilatari
oleh konteks dan pengaturan tertentu. Sementara posisi tawar dalam bernegosiasi tergantung
bagaimana strategi sang penyanyi membangun relasi sosial dengan aktor lain. Otonomi tubuh
perempuan mutlak milik otoritas dirinya ketika ia mampu mewujudkan kontrol atas tubuh
melalui upaya strategi dan bernegosiasi.
Deskripsi Lengkap