Disertasi ini menjelaskan relasi antara militer dan polisi di Indonesia setelah reformasi
dengan menggabungkan perspektif teoritik strategic action field (SAF) dengan social
sources of power network. Terdapat tiga kecenderungan utama relasi antara militer dan
polisi di Indonesia, yaitu konflik, kompetisi, dan kerjasama. Ketiganya dapat terjadi
dalam rentang waktu yang berdekatan, di dalam ruang strategis yang berbeda-beda.
Kecenderungan ini membantah hasil-hasil penelitian sebelumnya yang melihat relasi
antara militer dan polisi Indonesia dalam pola relasi yang bersifat tunggal. Perbedaan
relasi tersebut dapat disebabkan oleh adanya perbedaan kombinasi antara karakteristik
ruang strategis tempat keduanya berinteraksi, dan kapasitas social skills masing-masing
aktor yang terlibat dalam relasi tersebut. Melalui pendekatan abduktif dengan strategi
grounded theory, didukung oleh data-data primer yang berasal dari wawancara
mendalam, pengamatan intensif, dan wawancara berkelompok serta data sekunder dari
media dan laporan-laporan resmi, penelitian ini mendapatkan gambaran, bahwa konflik
antara TNI dan POLRI dapat terjadi pada level hirarki elit, maupun bawah dengan
karakteristik yang berbeda. Relasi yang sifatnya konfliktual terjadi pada SAF, baik yang
jaraknya dengan SAF lain dekat maupun jauh, dengan kapasitas aktor yang rendah. Relasi
yang sifatnya kompetitif dapat terjadi pada SAF yang jaraknya dengan SAF lain jauh
disertai kapasitas aktor yang cukup. Sementara relasi kerjasama dapat terjadi pada SAF
yang jaraknya dengan SAF lain cukup dekat, diiringi dengan kapasitas aktor yang cukup.
Penelitian ini membuktikan bahwa relasi yang sifatnya kerjasama atau konsensual masih
dominan akibat adanya keterlibatan keduanya di situasi-situasi krisis, faktor kesejarahan,
hubungan sosial sehari-hari dan ikatan asosiasional antara keduanya. Secara teoritik,
penelitian ini mengisi celah kosong studi-studi relasi antara militer dan polisi dengan
perspektif struktural melalui sub perspektif field dan power network. Penelitian ini juga
menghasilkan rekomendasi skenario yang bisa dilakukan oleh kedua institusi, maupun
aktor yang berperan sebagai governance unit, untuk mengurangi potensi konflik dan
meningkatkan konsensus antara keduanya.
Deskripsi Lengkap