Deskripsi Lengkap

Skripsi
No. Panggil : 0019-2023/ESK-HI Wah r
Judul : Regionalisme Asia Selatan
Pengarang : Wahyu Bagus Segara
Strata :
Pembimbing : Drs. Hariyadi Wirawan, M.Soc.Sc., Ph.D.
Fakultas : Fisip
Tahun : 2023
Open/Membership :
Ketersediaan
Nomor Panggil No. Barkod Ketersediaan
0019-2023/ESK-HI Wah r 0019-2023/ESK-HI TERSEDIA
Ulasan Anggota
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 80624
Sampul
Abstrak
Regionalisme merupakan satu dari banyak konsep yang sangat identik dengan studi Ilmu Hubungan Internasional. Kajian mengenai regionalisme sendiri telah mengalami proliferasi sejak berakhirnya Perang Dunia 2, dimulai dari upaya negara-negara Eropa untuk mencegah terjadinya konflik antar negara dalam skala besar pada masa yang akan datang, pembuatan kebijakan top-down dari negara menghasilkan institusi-institusi internasional yang berfungsi untuk memfasilitasi dialog dan kerja sama antar negara dalam konteks wilayah-wilayah tertentu. Seiring berjalannya waktu, fenomena regionalisme ini mulai muncul pada sejumlah wilayah-wilayah di dunia, tak terkecuali wilayah-wilayah yang memiliki latar belakang pasca-kolonial seperti Afrika Timur, Asia Tenggara, dan wilayah yang menjadi fokus literatur penulis kali ini, yakni Asia Selatan. Berdasarkan gambaran tersebut, literatur ini bertujuan untuk meninjau literatur-literatur akademik terdahulu dalam yang membahas mengenai fenomena regionalisme di wilayah Asia Selatan. Jenis-jenis literatur yang digunakanpun beragam, dari mulai artikel jurnal hingga bab-bab dalam buku akademik. Secara garis besar, tulisan ini adalah tinjauan literatur akademik yang mengaplikasikan metode pengorganisasian taksonomi yang menyertakan 46 literatur akademik yang terakreditasi dan dikelompokkan menjadi empat tema besar, yakni: (1) Orientasi Regionalisme Asia Selatan, (2) Peran Aktor Regionalisme Asia Selatan, (3) Manifestasi Regionalisme Asia Selatan, dan (4) Reorientasi Regionalisme Asia Selatan. Penulis menemukan bahwa pembentukan regionalisme Asia Selatan kontemporer memiliki asal muasal pada era pra-kolonial, melalui penanaman sejumlah institusi pemerintahan yang dilakukan oleh otoritas kekuasaan lokal pada kala itu. Namun dewasa ini, regionalisme Asia Selatan lebih identik dengan kata-kata seperti ?perpecahan?, ?persengketaan?, dan minimnya kerja sama antar negara-negara anggotanya secara umum. Situasi ini berdasar kepada tingginya peran aktor negara dalam mengarahkan kebijakan luar negeri di kawasan, yang disertakan dengan tingginya rasa ketidakpercayaan antara dua aktor negara paling dominan di kawasan, yakni India dan Pakistan. Pada akhirnya, tingginya dominasi dan rendahnya tingkat kepercayaan antara kedua negara ini telah menghambat regionalisme Asia Selatan selama lebih dari 7 dekade, terlepas dari keberadaan SAARC (South Asian Association for Regional Cooperation) sebagai institusi regional selama 4 dekade terakhir