Upaya inklusi dan kemandirian penyandang disabilitas autisme menjadi penting untuk diteliti karena terdapat kesenjangan penelitian dari penelitian terdahulu yaitu belum ditemukan penelitian yang mengkaji mengenai upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk inklusi dalam pendidikan lanjut atau pelatihan setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas dan bagaimana upaya memandirikan penyandang disabilitas autisme di Indonesia. Sumber data penelitian adalah lembaga pelatihan dan pendidikan penyandang disabilitas London School Beyond Academy/LSBA di Jakarta. Alasan pemilihan LSBA karena memiliki keunikan dari sisi terlihatnya peserta didik autisme yang aktif beraktifitas, dapat berbaur dengan lingkungan sekitar, dan memiliki banyak prestasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data dilakukan pada Maret, April, September di 2023 serta Januari 2024 melalui wawancara, observasi, dan studi dokumen-dokumen. Wawancara pada 6 informan yang terpilih secara purposive sampling. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa upaya yang dilakukan oleh LSBA dalam menciptakan inklusi untuk peserta didik autisme adalah berupa, penyediaan guru dan staf sekolah yang telah mendapat pelatihan autisme, pemenuhan kebutuhan masing-masing peserta didik autisme, penjalinan kemitraan yang baik antar sekolah, pelibatan orang tua peserta didik, penciptaan etos sekolah dan staf yang positif, dan pelaksanaan edukasi kepada lingkungan sekitar, adanya skema buddying dan mentoring digunakan oleh guru dan staf LSBA, peserta didik mendapat bantuan dalam membangun keterampilan sosial dan kepercayaan diri seperti pemberian reward, pelatihan ketrampilan secara teknis dan non teknis serta adanya pengajaran perilaku, dan terdapatnya sekolah mengambil pendekatan yang fleksibel terhadap kurikulum dan penjadwalan seperti adanya modifikasi pembelajaran, kelas sistem berpindah-pindah, field trip dan sebagian pembelajaran besar dengan terapan. Sedangkan upaya yang dilakukan oleh LSBA untuk memandirikan peserta didik autisme adalah dengan pembelajaran secara hard skill dan soft skill. Pembelajaran hard skill seperti skill untuk di perkantoran, produk digital, kriya, dan tata boga. Pembelajaran soft skill seperti dalam lingkup pekerjaan, lingkup hidup mandiri, lingkup tinggal di rumah secara berkelompok, pemberian edukasi mengenai pengetahuan rambu-rambu lalu lintas, transportasi umum, dan memasak, serta lingkup kemerdekaan lainnya memberikan sex education, edukasi penggunaan uang, dan pelatihan komunikasi. Upaya menciptakan inklusi dan memandirikan peserta didik autisme yang dilakukan oleh LSBA memberi pemahaman dan pengalaman tentang proses yang dapat diupayakan untuk menciptakan SDM berkualitas guna peningkatan partisipasi dan kontribusi penyandang disabilitas autisme
Deskripsi Lengkap