Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit kronis yang penting untuk diperhatikan sebab penyakit ini dapat berdampak buruk terhadap kesejahteraan psikologis, ekonomi, dan sosial pasien, yang kemudian mempengaruhi kualitas hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stigma, dukungan sosial keluarga dan dukungan sosial teman terhadap kualitas hidup orang kepala keluarga yang sedang menjalani pengobatan TB. Penelitian ini merupakan studi cross sectional yang dilakukan kepada 85 orang kepala keluarga yang sedang menjalani pengobatan TB di Magelang, Indonesia. Pengumpulan data dari responden dilakukan dengan kuesioner pengukuran kualitas hidup berupa skala likert 4 poin, Van Rie TB Stigma Scale untuk alat ukur stigma, serta Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) untuk alat ukur dukungan sosial keluarga dan dukungan sosial teman. Hasil analisis menggunakan uji korelasi Kendall's tau_b untuk variabel stigma menghasilkan nilai p=0,001 (p<0,05) dan r= -0,337 yang artinya yang artinya terdapat hubungan antara stigma dengan kualitas hidup, dengan pola hubungan yang tidak searah (negatif). Hasil analisis juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan sosial keluarga p=0,905 (p>0,05) dan dukungan sosial teman p=0,148 (p>0,05) pada kepala keluarga yang menjalani pengobatan Tuberkulosis. Penelitian ini memberikan rekomendasi bagi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kabupaten Magelang dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) agar dapat bersinergi menyusun kebijakan dan program dalam upaya mereduksi stigma TB di tengah masyarakat. Penelitian ini juga memberikan rekomendasi bagi organisasi non pemerintah/organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi kesehatan yang telah tergabung dalam Koalisi Organisasi Profesi Indonesia untuk Penanggulangan TB (KOPI TB), sektor swasta dan dunia usaha, serta lembaga swadaya masyarakat, lembaga keagamaan untuk dapat turut berperan aktif dalam mengurangi stigma TB dengan mengembangkan program yang dapat mengoptimalkan kualitas hidup penderita TB, khususnya untuk menghilangkan dan mencegah adanya stigma kepada penderita TB. Adapun bagi individu yang merupakan keluarga atau teman yang berinteraksi langsung dengan kepala keluarga yang sedang menjalani pengobatan TB, pemberian dukungan sosial bagi kepala keluarga yang sedang menjalani pengobatan TB perlu mempertimbangkan apakah dukungan sosial tersebut diinginkan oleh penderita TB. Pemberian dukungan sosial yang tidak diinginkan dikhawatirkan justru akan menjadi beban bagi kepala keluarga yang sedang menjalani pengobatan TB.
Deskripsi Lengkap