Penelitian ini membahas fenomena ?serigala tunggal? ke dalam konteks pembahasan yang lebih luas, yaitu sebagai bagian dari topik dalam isu agama dan kekerasan dengan menggunakan perspektif gerakan. Konsep ?serigala tunggal? awalnya diajukan untuk menggambarkan aksi-aksi teror yang dilakukan individu yang seolah terlepas dari keterkaitan dengan orang atau organisasi tertentu karena aksinya yang dilakukan sendiri. Penelitian ini memikirkan ulang kemandirian ?serigala tunggal? dalam aksi yang mereka lakukan dengan mengambil dua buah kasus serigala tunggal yang cukup dikenal untuk didiskusikan, yaitu Nidal Malik Hasan dan Umar Farouk Abdulmutallab, karena perbedaan mendasar dari hubungan mereka dengan pihak-pihak lain terkait aksinya selain sejumlah kesamaannya. Penelitian menggunakan perspektif mobilisasi yang biasa digunakan dalam kajian agama dan kekerasan untuk menunjukkan bahwa ?serigala tunggal? yang terlihat mandiri dalam aksinya dan tidak terhubung dengan jaringan teroris mana pun juga mengalami mobilisasi oleh jaringan teroris yang sudah ada. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan. Dengan menggunakan teori mobilisasi level mikro terlihat jika Nidal Malik Hasan dan Umar Farouk Abdulmutallab mengalami mobilisasi akibat berbagai faktor dan dalam kadar yang berbeda. Secara internal mereka memiliki sumber daya dan keahlian yang memadai serta memiliki berbagai figur yang berpengaruh yang dianggap memiliki komitmen pada gerakan jihad. Selain itu, mereka juga memiliki identitas suci yang dilindungi, yaitu Islam dan identitas mereka sebagai Muslim yang menurut pandangan mereka sedang mengalami keterancaman akibat kebijakan luar negeri Amerika Serikat di negeri-negeri Muslim seperti Irak dan Afganistan. Namun, keduanya terhubung dengan salah satu jaringan teroris sebelum melakukan aksinya, dalam hal ini Al-Awlaki, seorang penceramah radikal yang merupakan petinggi dari kelompok Al-Qaeda di Semenanjung Arab. Walaupun keduanya terhubung dengan Al-Awlaki secara kontras, kedunya samasama mengonsumsi narasi-narasi yang disebarkan oleh Al-Awlaki melalui internet. Dalam perspektif mobilisasi mikro, pendengaran mereka terhadap ceramah-ceramah tersebut dapat dianggap sebagai bukti telah terjadinya mobilisasi dan aksi teror mereka dilakukan sebagai dampak dari upaya mobilisasi dari kelompok tertentu.
Deskripsi Lengkap