Penelitian ini mengkaji proses musyawarah dan pengambilan keputusan di Banda Neira dengan menggunakan konsep masyarakat aktif yang digagas Etzioni. Gambaran masyarakat aktif menurut Etzioni adalah suatu masyarakat yang tidak terobjektifikasi. Hal ini sejalan dengan paradigma era desentralisasi dimana pengambilan keputusan bukan lagi berdasarkan paradigma top down dimana masyarakat hanya menjadi objek dari kebijakan. Perubahan paradigma diikuti dengan prosedur musyawarah yang semakin diutamakan. Musyawarah pada era desentralisasi semakin memiliki peranan yang penting. Kebanyakan penelitian mengenai pengambilan keputusan lebih banyak melihat dari peran elit politik lokal sehingga dimensi yang lebih mikro atau partisipasi masyarakat kurang disorot. Diharapkan dengan melihat musyawarah dapat memberikan gambaran lebih nyata posisi masyarakat dalam pengambilan keputusan dalam era desentralisasi. Penelitian dilakukan di Pulau Neira dan Ay dengan pendekatan penelitian kualitatif dan menggunakan metode wawancara mendalam, observasi partisipasi serta kajian pustaka. Dengan pertanyaan bagaimana proses musyawarah dan pengambilan keputusan bersama pada komunitas di Banda Neira. Hasil temuan penelitian menunjukan bahwa musyawarah sebagai sarana masyarakat untuk mengatur urusannya sendiri masih terkendala. Hal ini disebabkan oleh dua faktor pertama faktor internal masyarakat dalam membuat konsensus bersama dan kedua masih kuatnya aktor elit daerah yang kemudian memanipulasi kewenangannya untuk kepentingan diri mereka sendiri atau kelompoknya. Faktor internal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial masyarakat untuk mengaktifkan komponenkomponen masyarakat aktif yakni kesadaran, komitmen dan power. Hal ini ditunjukan dengan hasil konsensus yang berbeda antara Pulau Neira dan Ay.
Deskripsi Lengkap