Mengukur kualitas hidup masyarakat dapat menggambarkan kondisi kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Pada saat Pandemi COVID-19 diketahui bahwa kualitas hidup masyarakat mengalami penurunan terutama pada kelompok risiko tinggi. Ibu yang memiliki balita memiliki risiko tinggi tetapi penelitian untuk mereka belum banyak dilakukan. Penelitian ini memiliki tujuan utama mengembangkan model pengaruh resiliensi individu, resiliensi keluarga, dan dukungan sosial secara bersama-sama terhadap kualitas hidup ibu yang memiliki anak balita di Kecamatan Tapos, Depok pada saat terjadi Pandemi COVID-19 dan 4 tujuan khusus. Resiliensi keluarga dalam penelitian ini dalam perspektif ibu. Jenis penelitian yaitu eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif, desain potong lintang pada 473 ibu yang memiliki balita di Kecamatan Tapos, Depok yang dipilih secara acak sederhana. Penentuan besar sampel dihitung dengan design effect dari penghitungan estimasi rata-rata populasi yang dikembangkan oleh Lemeshow. Data yang dikumpulkan berupa data sekunder dari pemerintah terkait dan data primer melalui survei dengan menggunakan kuesioner yang telah tersedia. Uji realibilitas dengan Cronbach Alpha sebesar 0,943. Uji validitas dilakukan dengan melakukan uji ahli para akademisi di bidangnya. Analisis data dilakukan secara univariat dan structural equation modelling(SEM) untuk mendapatkan model kualitas hidup. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden merupakan ibu dengan tingkat usia dewasa awal (87,3%, n=413), memiliki tingkat pendidikan menengah(51,4%, n=243), sebagai ibu rumah tangga (83,3%, n=394), dengan tingkat penghasilan Rp 1 ? 5 juta (71,5%, n=338). Dilihat dari riwayat keterpaparan COVID-19, sebagian besar tidak pernah mengalami (82%, n=388). Hasil penelitian menunjukkan sebagian ibu memiliki kualitas hidup yang baik (49,9%), resiliensi individu normal (70%), resiliensi keluarga tinggi (79,3%), dan dukungan sosial sedang (65,3%). Kualitas hidup dibentuk oleh: kesehatan fisik, psikologi, tingkat kemandirian fisik, hubungan sosial dan lingkungan. Resiliensi individu dibentuk oleh 3 indikator; resiliensi keluarga dari 3 dimensi; dan dukungan sosial berasal dari pasangan dan keluarga. Dukungan sosial berpengaruh terhadap resiliensi individu dengan besar koefisien0,23 satuan; terhadap resiliensi keluarga dengan nilai koefisien 0,71 satuan. Dukungan sosial juga berpengaruh terhadap resiliensi keluarga melalui resiliensi individu. Pemodelan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa resiliensi individu berpengaruh terhadap resiliensi keluarga dengan nilai koefisien 0,14 satuan. Kualitas hidup dipengaruhi oleh resiliensi individu (0,45 satuan) dan keluarga(0,17) satuan. Kualitas hidup ibu yang memiliki balita di Kecamatan Tapos, Depok saat Pandemi COVID-19 lebih dipengaruhi oleh kondisi internal individu tersebut. Resiliensi individu, resiliensi keluarga, dan dukungan sosial secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas hidup ibu yang memiliki anak balita di Kecamatan Tapos, Depok pada saat terjadi Pandemi COVID-19. Resiliensi individu memberikan sumbangan 0,47 satuan; resiliensi keluarga 0,17 satuan; dan dukungan sosial sebesar 0,58 satuan. Saat terjadi Pandemi COVID-19, interaksi dari faktor internal dan sistem di sekitar ibu sangat berkontribusi dalam menjaga atau meningkatkan kualitas hidup mereka. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ibu yang memiliki balita di Kecamatan Tapos, Depok merupakan individu yang aktif, yang secara simultan berinteraksi dengan individu lain dan sistem yang ada di sekitarnya. Keberhasilan ibu dalam merespon stres dan kesulitan yang dihadapi tidak hanya karena memiliki resiliensi individu yang baik tetapi
Deskripsi Lengkap