Makanan berperan penting dalam mengoptimalkan kesehatan masa remaja dan akan berdampak sepanjang kehidupan dewasa. Kelebihan berat badan dan obesitas memunculkan depresi dan penghargaan diri yang rendah, bukan hanya di masa remaja namun terbawa atau muncul kembali dalam bentuk depresi dan ketidakpuasan atas kehidupan mereka saat dewasa. Menggunakan pendekatan Theory of Reasoned Actiondan Food Choice penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel perilaku makan dengan ketersediaanmakanan, keterjangkauan harga, kenyamanan mengonsumsi, dan keinginanmengonsumsipada sampel populasi remaja Kota Depok Propinsi Jawa Barat. Dilakukan analisis cross-sectionalpada data primer yang dikumpulkan menggunakan self-administered questionaire. Sekolah lanjutan tingkat atas menjadi unit pengambilan sampel tahap pertamadan siswa dari sekolah terpilih menjadi unit analisa. Faktor perilaku makan yang dilaporkan meliputi intensitas konsumsi pada satu minggu terakhir. Faktor ketersediaan merujuk pada gerai penjual yang berada di sekitar remaja. Faktor keterjangkauan harga menunjukkan kemampuan remaja membeli makanan cepat saji. Faktor kenyamanan mengonsumsi meliputi perasaan nyaman yang dirasakan remaja atas makanan yang dikonsumsi dan gerai penjual. Faktor keinginan mengonsumsi mencakup keinginan untuk mengonsumsi di restoran, dan menikmati unsur yang ada pada makanan. Analisis deskriptif dilanjutkan dengan statistika odd ratio untuk melihat besar hubunganyang ada. Hasilnya menunjukkan pada remaja (N = 846), makanan cepat saji yang paling banyakdikonsumsi dengan intensitas tinggiadalah mi instan. Perilaku makan makanan cepat saji dengan intensitas tinggi lebihbanyak terdapat pada kelompok responden dengan kategori gerai yang tersedia (83.67%). Dengan kecenderungan 0.794 kali dibandingkan dengan yang kurang tersedia gerai (OR 0.794;95%;CI 0.518 ?1.215). Perilaku makan makanan cepat saji dengan intensitas tinggi lebihbanyak terdapat pada merekayang memiliki uang jajan lebih dari Rp. 15,000 (93.33%)dengan kecenderungan 1.307 kali dibandingkan remaja dengan uang jajan Rp. 15,000 atau kurang (OR 1.307;95%;CI 0.754 ?2.266). Perilaku makan makanan cepat saji dengan intensitas tinggi lebihbanyak terdapat pada remaja yang merasakan kenyamanan saat mengonsumsi (81,33%)dengan kecenderungan 0.582 kali dibandingkan mereka yang merasa kurang nyaman(OR 0.582 95% CI 0.376 -0.903). Perilaku makan makanan cepat saji dengan intensitas tinggi lebihbanyak terdapat pada remaja yangselalu memiliki keinginan mengonsumsi (87.33%)dengan kecenderungan 1.544 kali dibandingkan mereka yang tidak selalu memiliki keinginan (OR 1.544;95%;CI 1.032 ?2.310). Remaja Kota Depok melakukan konsumsi karena tidak ada hambatan. Makanan yang diinginkan dapat dihadirkan karena tersedia di gerai di sekitar mereka dan dijual dengan harga yang terjangkau. Remaja mengonsumsi karena meyakini akan mendapatkan manfaat dari citra positif yang melekat, seperti kesan keren dan praktis serta rasa yang sesuai dengan selera. Semua kemudahan ini dapat membawa remaja pada risiko kesehatan akibat mengonsumsi makanan yang tidak sehat, seperti kelebihan berat badan dan obesitas. Penelitian di masa depan dapat mengkaji perilaku makan pada kelompok usia lainya, di wilayah yang memiliki karakteristik berbeda sehingga dapat mengeksplorasi faktor-faktor yang penting lainnya bagi intervensi yang bertujuan meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan individu dan keluarga
Deskripsi Lengkap