Tulisan ini akan melihat perkembangan kehadiran Amerika Serikat (AS) di kawasan Laut
China Selatan semenjak berakhirnya Perang Dingin. Dengan mengeksplorasi literatur-
literatur yang membahas hal tersebut, penulis berharap mampu menghasilkan suatu
gambaran yang utuh terkait dengan evolusi kehadiran AS beserta dengan kebijakan luar
negeri yang dibuat oleh AS terkait dengan isu Laut China Selatan. Pembahasan terhadap
ke-34 literatur yang diangkat dalam tinjauan literatur ini kemudian menghasilkan
sejumlah temuan berupa: (1) misi naval presence United States Navy (USN/AL AS)
merupakan komponen penting dari strategi kebijakan luar negeri AS; (2) terdapat
peningkatan kehadiran AS di kawasan Laut China Selatan dalam beberapa waktu terakhir,
meskipun hal ini terbukti gagal untuk membendung perilaku agresif China sebagai akibat
dari ketiadaan strategi raya yang mendasari kebijakan luar negeri AS di kawasan serta
keengganan AS untuk membangun suatu kerja sama ekonomi dengan negara-negara di
kawasan; (3) peningkatan kapabilitas sistem anti-access/area denial (A2/AD) China
membuat AS harus mencari strategi baru untuk bisa mempertahankan kebebasan
operasionalnya di kawasan yang berujung pada lahirnya strategi Air-Sea Battle (ASB);
(4) diperlukan kerja sama yang lebih erat dengan negara-negara di kawasan apabila AS
ingin membendung China. Sementara itu, terdapat pula sejumlah celah penelitian yang
berhasil diidentifikasi oleh penulis, utamanya yang berkaitan dengan pengembangan
kapabilitas AS dalam menghadapi praktik grey zone oleh China, termasuk pelibatan
penjaga pantai AS dalam Freedom of Navigation Operations (FONOPs).
Deskripsi Lengkap