Deskripsi Lengkap

Skripsi
No. Panggil : SK-POL 0032/2023 Muh s
Judul : Sentralisasi Politik Oleh Xi Jinping Dan Dampaknya Terhadap State Assertiveness Republik Rakyat Tiongkok Di Wilayah Laut Cina Selatan
Pengarang : Muhammad Farhasyah
Strata :
Pembimbing : Ali Muhyidin S.Sos., M.A.
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Tahun : 2023
Open/Membership :
Ketersediaan
Nomor Panggil No. Barkod Ketersediaan
SK-POL 0032/2023 Muh s 2023-0032 TERSEDIA
Ulasan Anggota
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 81104
Sampul
Abstrak
Setelah diangkat sebagai pemimpin Repulik Rakyat TIongkok pada tahun 2012, Xi Jinping memperkenalkan konsep ?The Chinese Dream?, yaitu cita-citanya untuk menjadikan Republik Rakyat Tiongkok sebagai negara adikuasa pada 2049. Untuk mencapainya, Xi mendorong aksi sentralisasi kekuasaan untuk memusatkan kekuasaan dan wewenang pada dirinya sendiri. Fenomena sentralisasi kekuasaan yang dilakukan oleh Xi Jinping ini tentu memiliki dampak pada proses pembuatan kebijakan Republik Rakyat Tiongkok, seperti pada konflik wilayah Laut Cina Selatan. Republik Rakyat Tiongkok di bawah Xi Jinping tampak lebih agresif dan provokatif di kawasan tersebut. Penelitian ini akan menganalisis hubungan antara kedua variabel di atas ? sentralisasi kekuasaan oleh Xi Jinping dan aktivitas Republik Rakyat Tiongkok di Laut Cina Selatan ? dengan menggunakan teori state assertiveness milik Andrew Chubbs. Dengan merujuk pada tipologi yang diturunkan dari teori, analisis dapat dilakukan dengan mengukur jenis dan frekuensi dari aksi dan pernyataan yang dilakukan oleh Republik Rakyat Tiongkok terkait dengan Laut Cina Selatan dari tahun 2009 hingga tahun 2022. Temuan dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan state assertiveness Republik Rakyat Tiongkok sejak Xi Jinping menjadi pemimpin. Hal ini mengimplikasikan adanya pengaruh sentralisasi kekuasaan Xi Jinping terhadap tingkat state assertiveness Republik Rakyat Tiongkok di Laut Cina Selatan dengan meningkatnya tindakan state assertiveness sejak tahun 2012. Sentralisasi kekuasaan Xi Jinping yang didukung oleh faktor domestik, ekonomi, militer, geopolitik, dan personal telah membuat tingkat state assertiveness menjadi lebih agresif selama masa kepemimpinanya.