Penelitian ini mengkaji FISIP Anti KS, yaitu sebuah badan otonom yang turut memproduksi
berbagai gerakan sosial sebagai upaya resistensi mahasiswa terhadap kekerasan seksual di
lingkungan kampus. Melalui metode kualitatif dengan wawancara mendalam dan analisis
konten di media sosial, peneliti ingin melihat proses aktivisme melalui serangkaian gerakan
sosial yang dijalankan untuk mencapai tujuan kolektif. Hal ini turut melibatkan strategi,
kendala, dan analisis kekuasaan di dalam gerakan tersebut. Penelitian ini menunjukkan bahwa
para aktor di dalam FISIP Anti KS memahami kekerasan seksual sebagai produk dari
ketimpangan relasi kuasa. Melalui penelitian yang sudah dilakukan, penulis melihat bahwa
resistensi yang dilakukan oleh FISIP Anti KS berfokus untuk menentang kepercayaan, nilai,
dan praktik kebudayaan yang menyebabkan melanggengnya kekerasan seksual di lapisan
masyarakat, salah satunya di lingkungan kampus. Penelitian ini memperlihatkan resistensi
berjalan melalui proses aktivisme dalam bentuk penggunaan hashtag, produksi kampanye, dan
hadirnya partisipan laki-laki di dalam gerakan yang diinisiasi dan diisi oleh mayoritas
kelompok perempuan
Deskripsi Lengkap