Pada tahun 2021, konsorsium Saudi Arabia lewat Public Investment Fund (PIF) yang dimiliki oleh putra mahkota Mohammed Bin Salman (MBS), berhasil melakukan akuisisi terhadap klub sepak bola Inggris, Newcastle United. Akuisisi ini menunjukkan keterikatan sepak bola dan politik yang semakin relevan, dengan keterlibatan negara sebagai pemilik klub sepak bola untuk memperoleh soft power, yaitu kekuatan melalui kooperasi. Akuisisi ini menuai kontroversi karena dituduh sebagai bentuk sportswashing, yaitu praktik menggunakan olahraga untuk memperbaiki reputasi buruk suatu negara. Dalam konteks Saudi Arabia, maka perbaikan tersebut adalah reputasi buruk terkait HAM yang dimiliki oleh kerajaan tersebut. Namun, praktik tersebut masih bersifat ?baru? di ruang lingkup akademis, sehingga penulis bertujuan untuk menelaah bagaimana akuisisi Newcastle United pada tahun 2021 menjadi bentuk sportswashing. Penelitian ini berbentuk kualitatif, memiliki riset desain studi kasus, dan memperoleh data sekunder terkait proses akuisisi Newcastle United pada tahun 2020-2021. Penulis menggunakan landasan teoritis dari karya tulisan Jonathan Grix, Adam Dinsmore, dan Paul Michael Brannagan berjudul ?Unpacking the politics of ?sportswashing?: It takes two to tango? (2023) terkait mekanisme sportswashing sebagai proses politik. Penulis menemukan bahwa akuisisi ini melewati 3 gelombang untuk memenuhi persyaratannya sebagai praktik sportswashing, yaitu pada gelombang pertama akuisisi dikenai kritik negatif dari media dan publik karena rekam jejak HAM MBS, pada gelombang kedua akuisisi didukung oleh penggemar Newcastle United karena insentif kekayaan yang dimiliki oleh PIF, dan gelombang ketiga adalah normalisasi akuisisi ketika kritik kepada MBS dan Saudi Arabia meredam.
Deskripsi Lengkap