Pandemi COVID-19 dan krisis kesehatan publik yang dihasilkannya telah
menarik perhatian antropologi mengenai isu kepedulian. Tren ini telah memperlihatkan
keragaman praktik kepedulian yang dilakukan berbagai komunitas lokal di berbagai
belahan dunia. Walaupun begitu, peran nilai yang mendasari praktik kepedulian ini masih
kurang diperhatikan. Berdasarkan pengalaman etnografi saya, tesis ini ingin menganalisis
politik nilai yang mendasari praktik kepedulian di daerah Malinau, Kalimantan Utara
selama pandemi COVID-19. Konsepsi Malinau sebagai daerah ?perbatasan? dipenuhi
dengan ketidakpastian material dan sosial, dan kepastian ini telah melahirkan praktik
kepedulian yang penuh kontradiksi. Tenaga kesehatan dan komunitas lokal terpaksa
menghadapi pandemi dengan keterbatasan infrastruktur dan logistik, beban birokrasi, dan
juga pengabaian negara. Oleh karena itu, praktek kepedulian yang mereka lakukan
dikontekstualisasikan oleh kondisi ini, dan banyak dilemma moral yang muncul dari
praktik kepedulian tersebut. Tesis ini menganalisis politik nilai yang mendasari praktik
kepedulian kontradiktif tersebut. Di satu sisi, praktik kepedulian warga Malinau
mengutamakan pentingnya etika menyelamatkan semua nyawa melalui kasih sayang dan
solidaritas. Di sisi lain, etika tersebut berlawanan dengan praktik kepedulian rasional yang
mengkondisikan tenaga kesehatan untuk melakukan evaluasi terhadap nyawa manusia.
Maka dari itu, tesis ini melihat bahwa praktik kepedulian yang mengikuti protokol negara
menilai kesehatan sebagai alat untuk reproduksi buruh, sementara praktik lokal menilai
kesehatan sebagai aspek penting dalam kehidupan sosial mereka.
Deskripsi Lengkap