Deskripsi Lengkap

Tesis
No. Panggil TS-ANT 0010/2024 Sof a
Judul Antroposen Tambal Sulam dan Ketimpangan Multispesies di Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah
Pengarang Sofiatul Hardiah
Penerbit dan Distribusi 2024
Subjek
Kata Kunci Antroposen tambal sulam, struktur lanskap, krisis iklim, ketimpangan multispesies
Lokasi Gedung MBRC Lantai 2
Ketersediaan
Nomor Panggil No. Barkod Ketersediaan
TS-ANT 0010/2024 Sof a 2024-0010 TERSEDIA
Ulasan Anggota
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 81709
Sampul
Abstrak
Tulisan ini membahas ketimpangan multispesies yang terjadi pada tiga lanskap antroposen di Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Sejak perubahannya dari perairan menjadi daratan sedimentasi, ekosistem alam Kampung Laut menghadirkan lanskap mangrove, sawah sedimentasi, dan kebun Nusakambangan. Lanskap-lanskap itu menawarkan daya tarik bagi petani untuk bercocoktanam maupun pelaku industri untuk berinvestasi. Namun, ini berpotensi menjadi magnet ketimpangan sosial-ekologis antarpetani maupun antarspesies non-manusia. Pendekatan antroposen tambal sulam (patchy anthropocene) menawarkan analisis terhadap struktur yang tersemat pada lanskap antroposen dengan fokus pada ketimpangan sosial yang nampak pada aktivitas manusianya. Berbeda dari studi kepingan antroposen yang pernah ada, tulisan ini mengeksplorasi struktur yang tersemat di antara lanskap-lanskap antroposen yang menimbulkan ketimpangan multispesies. Tulisan ini mengumpulkan data melalui teknik pengamatan terlibat, wawancara mendalam, dan dokumentasi visual. Tulisan ini berargumentasi bahwa akumulasi kekerabatan dan mode kapital lingkungan pada pengelolaan lanskap-lanskap antroposen menghasilkan ketimpangan yang multispesies. Kekerabatan dan kapitalisasi spesies adalah struktur lanskap utama yang memberikan akses berupa modal sosial-ekonomi kepada petani tertentu sekaligus memungkinkannya mengontrol petani lainnya, sementara akses itu juga dikontrol oleh konstruksi global tentang krisis iklim. Rezim karbon menempatkan mangrove sebagai lanskap sekaligus spesies non-manusia yang mendominasi mode produksi sekaligus memicu ketimpangan multispesies terhadap lanskap sawah sedimentasi dan kebun Nusakambangan yang berlangsung secara tumpang tindih dalam proses antroposen di Kampung Laut.