Wilayah Poso di Sulawesi Tengah, Indonesia, telah lama menjadi titik fokus kegiatan Islam radikal, yang memberikan dampak signifikan terhadap penduduk setempat, termasuk anak-anak. Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang berafiliasi dengan ISIS, telah memainkan peran penting dalam sejarah konflik dengan menyebarkan ideologi ekstremis melalui semangat berjihad mendukung eksistensi Daulah Islamiyah. Tantangan penanggulangan ekstremisme dan radikalisme berbasis kekerasan juga diperkuat oleh berdirinya pondok-pondok pesantren sebagai tempat berlindung jaringan teror dan pusat radikalisasi mendukung berkembangnya terorisme regeneratif. Tulisan ini berusaha mengeksplorasi strategi yang memaksimalkan kelebihan dan peluang, serta meminimalisir efek dari timbulnya ancaman dan kelemahan yang ditemukan dalam rangkaian proses deradikalisasi dan rehabilitasi anak-anak dari keluarga jaringan teror. Program moderasi melalui pendidikan bertujuan untuk membangun resiliensi, mengintegrasikan dan mempersiapkan anak-anak untuk menerima pemahaman moderat, dan membekalinya dengan ilmu yang bermanfaat sehingga kembali ke masyarakat sebagai warga negara yang damai dan produktif. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksploratif, mengaplikasikan kerangka teoritis terkait relevansinya dengan pola radikalisasi melalui proses belajar dan pengaruh unit sosial, hingga menganalisis program deradikalisasi yang ramah anak. Penelitian ini menemukan bahwa pelaksanaan program deradikalisasi dan rehabilitasi terhadap anak perlu menerapkan metode komprehensif yang holistik, detail dan berkesinambungan, ditujukan pada pemenuhan kebutuhan yang variatif sesuai dengan latar belakang dan pengalaman anak sehingga aspek emosional, psikologis, dan pendidikan bisa berjalan beriringan.
Deskripsi Lengkap