Identitas tidak lepas dari komunikasi karena komunikasi juga dapat membentuk dan mengubah identitas seseorang. Berangkat dari perspektif identitas dan kaitannya dengan komunikasi, penelitian ini mencoba untuk melihat proses komunikasi identitas ibu rumah tangga berpendidikan tinggi. Studi ini dianggap penting karena penelitian terdahulu mengatakan, semakin tinggi pendidikan perempuan, maka semakin rendah pula keinginannya untuk berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga. Selain itu, patriarki yang ada di Indonesia cenderung meyakini bahwa perempuan tidak memerlukan pendidikan tinggi karena akan berakhir di ranah domestik. Faktanya terdapat perempuan berpendidikan tinggi yang secara sadar memilih untuk menjadi ibu rumah tangga. Sadar akan keputusannya yang tidak sejalan dengan narasi perempuan berpendidikan tinggi, mereka kemudian mendirikan komunitas bernama Lab Belajar Ibu (LBI). Penelitian yang menggunakan paradigma post-positivis dan pendekatan kualitatif serta menggunakan strategi penelitian studi kasus ini, bertujuan untuk mengetahui bagaimana ibu rumah tangga berpendidikan tinggi mengkomunikasikan identitasnya. Data diambil dari hasil observasi dan wawancara mendalam pada para pendiri LBI. Dengan menggunakan teori komunikasi identitas, hasil penelitian menemukan adanya pergeseran makna ibu rumah. Lebih dari itu, peran keluarga sebagai sistem pendukung juga mengambil peran untuk membantu ibu dalam mengkatalis dirinya. Di sisi lain, komunitas daring memiliki andil dalam memberdayakan ibu di masa transisi. Komunitas juga diharapkan dapat menghapus bias gender dan bias kelas sosial dengan memaksimalkan kapasitasnya untuk memberdayakan perempuan yang berada di bawah garis kesenjangan
Deskripsi Lengkap