Deskripsi Lengkap

Skripsi
No. Panggil : SK-ANT 0044/2025 Asy n
Judul : Nurturing Acceptance: Peran Sekolah sebagai Agen Sosial dalam Merekonstruksi Makna Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi SMP Hikmah Teladan Kota Bandung
Pengarang : Asy Syifa Nur Adilah
Strata :
Pembimbing : Dr. Dian Sulistiawati Syamsir, M.A.
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Tahun : 2025
Open/Membership :
Ketersediaan
Nomor Panggil No. Barkod Ketersediaan
SK-ANT 0044/2025 Asy n 2025-0044 TERSEDIA
Ulasan Anggota
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 82023
Sampul
Abstrak
Di masyarakat Indonesia, pandangan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah beban, aib, atau bahkan bentuk karma dari orang tua masih kerap kali diwariskan. Meskipun pandangan tersebut mulai bergeser, anggapan bahwa ABK merupakan individu yang inferior tetap sering muncul dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Namun, hal berbeda justru terlihat di lingkungan SMP Hikmah Teladan di Kota Bandung, di mana penerimaan terhadap teman-teman ABK tampak nyata dalam keseharian siswa-siswinya. Banyak siswa non-ABK menunjukkan interaksi yang mencerminkan penerimaan, kepedulian, dan rasa saling menghargai di antara mereka. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana sekolah sebagai agen sosial merekonstruksi pemahaman mengenai ABK hingga terbentuk penerimaan di dalam konteks sekolah inklusi. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam dan observasi, penelitian ini memberikan gambaran bahwa dalam memelihara penerimaan, sekolah sebagai agen sosial berperan aktif dalam merekonstruksi ulang cara pandang siswa terhadap ABK. Proses rekonstruksi makna ini berlangsung melalui relasi sosial yang sederhana, seperti memposisikan teman-teman dengan disabilitas sebagai ?adik?, penanaman nilai-nilai Islam tentang keberagaman, serta penciptaan ruang sosial melalui program dan kegiatan inklusif. Penelitian ini juga berusaha menunjukkan bahwa proses rekonstruksi makna tersebut terbentuk melalui sosialisasi yang berlangsung secara situasional dan organik dengan menggunakan pendekatan model kultural