Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana distingsi sosial direproduksi
melalui praktik eating out di kalangan Generasi Z kelas menengah atas di Jakarta. Studi-
studi terdahulu menjelaskan bahwa praktik eating out pada masyarakat urban dipengaruhi
oleh faktor sosial, ekonomi, dan kultural, serta berfungsi sebagai ekspresi gaya hidup
yang merepresentasikan selera, identitas, dan kelas sosial. Namun, masih jarang
penelitian yang membahas secara spesifik bagaimana praktik eating out mereproduksi
distingsi sosial melalui ruang fisik maupun digital. Untuk mengisi kekosongan tersebut,
penelitian ini memfokuskan perhatian pada Generasi Z kelas menengah atas di Jakarta
dalam merepresentasikan praktik eating out sebagai strategi simbolik untuk
mempertahankan posisi sosial mereka. Penelitian ini menerapkan metode kualitatif
dengan teknik wawancara mendalam dan observasi digital terhadap individu berusia 18-
24 tahun yang aktif membagikan praktik eating out di Instagram. Pengambilan data
dilakukan pada periode Januari hingga Maret 2025. Dengan menggunakan konsep
distingsi sosial, habitus, modal, dan arena dari Pierre Bourdieu, peneliti berargumen
bahwa praktik eating out merupakan strategi simbolik yang digunakan untuk
menunjukkan sekaligus mempertahankan posisi sosial melalui pemanfaatan modal
ekonomi, sosial, kultural, dan simbolik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praktik
tersebut mereproduksi distingsi sosial melalui kombinasi berbagai modal yang
terinternalisasi dalam habitus dan dimanifestasikan dalam ruang fisik (restoran dan kafe),
serta diperkuat di ruang digital (Instagram). Preferensi terhadap tempat makan yang
eksklusif dan estetis merefleksikan habitus kelas menengah atas dan direpresentasikan
melalui unggahan Instagram sebagai simbol status yang memperkuat distingsi sosial
melalui mekanisme validasi simbolik.
Deskripsi Lengkap