Penelitian ini membahas perubahan lanskap gerakan mahasiswa di Indonesia,
khususnya di lingkungan kampus pascareformasi. Jika dahulu gerakan mahasiswa
identik dengan keterlibatan kolektif dan konsistensi aktivisme politik, saat ini
keterlibatan mahasiswa dalam gerakan sosial-politik cenderung bersifat jangka pendek
dan terfragmentasi. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mengenai faktor-faktor
struktural yang memengaruhi pola partisipasi mahasiswa, termasuk di antaranya
kebijakan pendidikan tinggi seperti Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka
(MBKM). Penelitian ini berargumen bahwa MBKM, meskipun memberikan ruang
eksplorasi kegiatan non-akademik dan pengembangan diri, secara hegemonik turut
menginternalisasi nilai-nilai individualistik seperti produktivitas, portofolio, dan
kesiapan kerja. Dalam konteks ini, organisasi mahasiswa memainkan peran penting:
sebagian beradaptasi dengan logika MBKM, sebagian mencoba menegosiasinya, dan
sebagian lain tetap mempertahankan orientasi kritisnya. Dengan pendekatan kualitatif,
penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana MBKM bekerja sebagai instrumen
hegemoni dalam membentuk orientasi mahasiswa, serta bagaimana organisasi
mahasiswa meresponsnya dan memengaruhi keberlangsungan gerakan sosial-politik di
kampus. Lebih jauh, penelitian ini juga menggunakan konsep alter-activism untuk
membaca bentuk-bentuk baru partisipasi politik mahasiswa yang bersifat cair,
non-hierarkis, dan berbasis pengalaman subjektif serta ekspresi simbolik. Temuan ini
menunjukkan bahwa meskipun organisasi mahasiswa mengalami depolitisasi,
bentuk-bentuk resistensi tetap bertahan melalui praktik sosial yang lebih fleksibel dan
kultural.
Deskripsi Lengkap