Masa remaja merupakan periode transisi penting dalam perkembangan anak yang
ditandai dengan ketegangan emosional dan ketidakstabilan perasaan sehingga membuat
anak lebih rentan terhadap stres dan tekanan. Kondisi ini menjadi lebih kompleks bagi
anak yang kehilangan pengasuhan keluarga kandung karena keterbatasan kasih sayang
orang tua selama masa tumbuh kembangnya. SOS Children?s Villages Jakarta
menyediakan layanan keluarga asuh bagi anak-anak yang kehilangan pengasuhan orang
tua kandung, di mana anak-anak tinggal dalam rumah bersama seorang ibu asuh yang
bertanggung jawab memenuhi berbagai kebutuhan anak, termasuk kebutuhan emosional.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemenuhan kebutuhan emosional remaja usia
15-18 tahun serta upaya keluarga asuh dalam memenuhinya. Metode yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif dengan teknik wawancara semi-terstruktur, FGD, dan studi
dokumen. Informan terdiri dari 5 remaja, 5 ibu asuh, 1 Village Director, dan 1 Pembina,
yang dipilih melalui purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemenuhan kebutuhan emosional remaja usia 15-18 tahun di SOS Children?s Villages
Jakarta telah mencakup lima kebutuhan emosional menurut Pringle (1986), yaitu kasih
sayang, rasa aman, pujian dan pengakuan, pengalaman baru, serta tanggung jawab. Secara
umum, kebutuhan tersebut terpenuhi melalui dukungan emosional ibu asuh, rasa aman
secara fisik dan emosional, pemberian apresiasi, dan dukungan dalam menentukan
keputusan. Meskipun demikian, masih ditemukan anak yang merasa kebutuhan kasih
sayangnya belum optimal karena respons ibu belum sesuai harapan anak. Selain itu, pada
kebutuhan apresiasi, terdapat kesenjangan antara bentuk pujian yang diberikan ibu
dengan ekspektasi anak. Keluarga asuh berupaya memenuhi kebutuhan emosional anak
dengan memberikan kasih sayang verbal dan nonverbal, menciptakan lingkungan yang
aman dan stabil, dan mendukung anak saat pengambilan keputusan. Ibu asuh juga
mendampingi anak saat menghadapi masalah, memberikan apresiasi atas usaha dan
prestasi, serta mendorong anak untuk mencoba pengalaman baru. Selain itu, pembina di
lembaga berperan sebagai figur pendamping alternatif ketika anak merasa kurang nyaman
untuk berbagi kepada ibu. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada pihak SOS
Children?s Villages Jakarta untuk lebih aktif mengidentifikasi kebutuhan emosional anak
secara individual, termasuk menyesuaikan pola kasih sayang dan apresiasi yang sesuai
kebutuhan anak. Selain itu, perlu dilakukan pendampingan rutin bagi ibu asuh terkait
dinamika emosional remaja, serta memperkuat peran pembina sebagai pendamping
emosional anak.
Deskripsi Lengkap