Konsep diri merupakan aspek penting dalam perkembangan remaja karena
mempengaruhi identitas, kesejahteraan psikologis, serta interaksi sosial remaja. Anak
terlantar yang tinggal di panti sosial asuhan anak (PSAA) memiliki kondisi yang berbeda
dengan anak yang tumbuh dari pengasuhan keluarga karena keterbatasan peran keluarga
dan lingkungan yang stabil. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan konsep diri
anak terlantar yang tinggal di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 2 dan
menggambarkan upaya apa yang dilakukan lembaga dalam pembentukan konsep diri
tersebut.Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik
pemilihan informan purposive sampling dan pengumpulan data melalui wawancara
kepada lima anak usia 15-18 tahun yang sejak usia dini tinggal di PSAA, kepala satuan
pelayanan pembinaan, pekerja sosial, serta tiga pengasuh. Temuan data dianalisis
menggunakan pendekatan thematic analysis dan dipetakan ke dalam tiga dimensi konsep
diri Calhoun & Acocella (1990), yaitu pengetahuan diri, harapan diri, dan penilaian diri.
Hasil penelitian menunjukan bahwa anak terlantar yang tinggal di PSAA Putra Utama 2
memiliki gambaran konsep diri yang berkembang positif. Anak mampu mengenali
identitas dan karakteristik pribadinya, memahami kemampuan dan kekurangan diri,
memiliki harapan tentang masa depan dan cita-cita meskipun masih terdapat aspirasi yang
belum realistis pada sebagian anak. Penilaian diri terhadap diri terlihat dari rasa percaya
diri, rasa berharga, dan penerimaan terhadap kondisi sebagai anak panti. Dalam proses
pembentukan konsep diri anak, PSAA Putra Utama 2 melakukan pemantauan
perkembangan anak, penggalian minat dan potensi, program pembinaan, penanaman nilai
kepada anak, serta pembinaan relasi emosional antara anak dan pengasuh serta pekerja
sosial. Dapat disimpulkan bahwa PSAA memadukan pendekatan kelembagaan dan
relasional dalam membentuk konsep diri anak. Konsep diri anak juga terbentuk melalui
pengalaman tinggal jangka panjang di PSAA dan pengasuhan yang membangun makna
diri secara reflektif. Oleh karena itu, diperlukannya penguatan pendampingan individual
secara konsisten, kejelasan peran pengasuh, dan peningkatan kapasitas layanan
psikososial agar seluruh anak dapat tumbuh dengan konsep diri yang berkembang positif.
Deskripsi Lengkap