Resiliensi menjadi kapasitas penting bagi perempuan kepala keluarga yang kerap
menghadapi berbagai tantangan berlapis dalam menjalankan perannya. Kapasitas ini
berkaitan dengan keyakinan dari dalam individu dalam menghadapi tantangan dan
dukungan dari sekitar individu. Penelitian ini bertujuan menganalisis korelasi antara
dukungan sosial dan self-efficacy dengan resiliensi pada perempuan kepala keluarga.
Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dan desain
cross-sectional. Responden dalam penelitian ini berjumlah 51 perempuan kepala
keluarga yang merupakan anggota kader Yayasan PEKKA (Pemberdayaan Perempuan
Kepala Keluarga) di Jakarta Timur dengan teknik pengambilan sampel jenuh yang
mencakup seluruh populasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah tabel silang dan
uji korelasi Kendall's Tau-b dengan terlebih dahulu melakukan uji validitas dan
reliabilitas dengan menggunakan SPSS. Pengukuran variabel dukungan sosial mengacu
pada empat dimensi dari House (1981), yaitu dukungan emosional, penghargaan,
informatif, dan instrumental. Variabel self-efficacy menggunakan tiga dimensi dari
Bandura (1997), yaitu level, generality, dan strength. Sementara itu, resiliensi diukur
berdasarkan empat aspek dari Connor & Davidson (2003) yang dimodifikasi oleh Dong
dkk. (2013), yaitu fleksibilitas untuk mengatasi perubahan dan tantangan, dukungan dari
keluarga dan lingkungan sosial, pengaruh spiritual, serta memiliki kehidupan yang
berorientasi pada tujuan. Instrumen penelitian menggunakan skala Likert dengan empat
alternatif jawaban, yaitu sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, dan sangat sesuai. Hasil
analisis univariat menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat dukungan
sosial (90,2%), self-efficacy (86,3%), dan resiliensi (78,4%) yang tergolong tinggi. Hasil
uji korelasi bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup dan bersifat
positif antara dukungan sosial dan resiliensi (koefisien korelasi = 0,328; p = 0,018).
Artinya, terdapat kecenderungan bahwa perempuan kepala keluarga yang merasakan
dukungan sosial lebih tinggi cenderung memiliki tingkat resiliensi yang lebih tinggi.
Selain itu, hubungan antara self-efficacy dan resiliensi juga tergolong cukup dan positif
(koefisien korelasi = 0,489; p = 0,000), yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
self-efficacy yang dimiliki, maka cenderung diikuti oleh tingkat resiliensi yang lebih
tinggi. Peneliti memberi rekomendasi bagi pembuat kebijakan dan program untuk
memperhatikan aspek dukungan sosial dan self-efficacy sebagai bagian dari intervensi
untuk meningkatkan resiliensi perempuan kepala keluarga.
Deskripsi Lengkap