Tingginya tingkat turnover relawan menjadi tantangan serius dalam manajemen relawan
di organisasi non-profit (NGO), termasuk Sekolah Relawan yang berdampak pada
keberlanjutan program dan efektivitas pelayanan sosial. Masalah ini semakin kompleks
ketika mayoritas relawan berada pada kelompok usia emerging adulthood (18?25 tahun),
yang secara psikososial ditandai dengan eksplorasi identitas, ketidakstabilan hidup, serta
kecenderungan menghindari komitmen jangka panjang. Meskipun demikian, kelompok
usia ini juga memiliki potensi besar dalam kegiatan kerelawanan karena semangat tinggi
untuk bereksplorasi dan membangun jejaring sosial. Dalam konteks ini, komitmen
organisasi menjadi aspek penting yang perlu dibentuk untuk mendorong keberlanjutan
keterlibatan relawan, bahkan jika sifat program bersifat jangka pendek seperti yang
diterapkan di Sekolah Relawan. Untuk membentuk komitmen tersebut, motivasi awal
menjadi relawan serta kepuasan kerja relawan selama keterlibatannya merupakan dua
faktor psikologis yang dinilai berperan penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana hubungan antar variabel menggunakan teori functional theory of volunteerism,
job satisfaction theory, serta organizational commitment. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif. 79 responden memenuhi kriteria berpartisipasi dalam penelitian
ini yang menggunakan teknik non-probability sampling, yaitu purposive sampling karena
tidak adanya kerangka sampling populasi yang jelas. Data dikumpulkan pada Mei 2025
melalui kuesioner daring menggunakan instrumen baku yaitu, Volunteer Functions
Inventory (VFI), Volunteer Satisfaction Indeks (VSI), dan Organizational Commitment
Scale (OCS). Sebanyak 79 responden yang memenuhi kriteria berpartisipasi dalam
penelitian. Analisis statistik dilakukan untuk menguji hubungan antar variabel.
Berdasarkan hasil uji korelasi Kendall?s tau-b, menunjukkan hubungan positif signifikan
antara kepuasan kerja relawan dengan komitmen organisasi (τ = 0,342; p < 0,001), serta
antara motivasi kerelawanan dengan komitmen organisasi (τ = 0,292; p < 0,001).
Penelitian ini mengungkapkan bahwa meskipun relawan memiliki motivasi dan kepuasan
yang tinggi, faktor-faktor tersebut belum sepenuhnya cukup membentuk komitmen
organisasi secara kuat, khususnya pada relawan muda yang terlibat dalam program jangka
pendek. Identifikasi hubungan tersebut tidak hanya dapat berkontribusi untuk
pengelolaan relawan muda secara strategis, tetapi juga sebagai dasar praktik profesional
di bidang kesejahteraan sosial.
Deskripsi Lengkap