Kehidupan Pekerja Migran Indonesia Purna (PMI Purna) tidak berhenti ketika kembali
di negara asal. PMI purna harus menghadapi tantangan untuk dapat bertahan dan memiliki
sumber penghasilan yang mencukupi untuk melanjutkan kehidupannya. Salah satu
tahapan tersebut disebut sebagai tahapan reintegrasi untuk pengadaptasian PMI purna di
lingkungan tempat tinggalnya. Proses reintegrasi merupakan tahapan yang harus dilalui
dikarenakan kondisi ekonomi PMI purna yang mengalami kesulitan dalam memperoleh
pekerjaan, mengelola hasil remitansi, dan ketidakmilikan wawasan kewirausahaan dan
keuangan. Untuk mendukung proses reintegrasi tersebut, pihak negara diwajibkan untuk
memenuhi hak dan kewajiban yang telah tertera dalam Undang-Undang dan Peraturan
Presiden mengenai PMI Purna. Pemenuhan tersebut dilakukan oleh BP3MI DKI Jakarta
sebagai Unit Pelaksana Teknis di wilayah DKI Jakarta dari Kementerian Pelindungan
Pekerja Migran Indonesia (KP2MI). Penelitian ini kemudian membahas mengenai
penerapan tahapan dari teknologi transformasi yang dimiliki oleh BP3MI DKI Jakarta
dalam upaya untuk PMI Purna melakukan reintegrasi ekonomi. Penelitian ini dilakukan
dalam bentuk penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif untuk menjelaskan
hasil dari penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara
mendalam, observasi, dan studi dokumen. Wawancara mendalam dilakukan dengan 3 staf
dari kelompok kerja pemberdayaan dan 4 PMI Purna. Hasil dari penelitian ini yakni
bentuk teknologi yang dilakukan oleh BP3MI DKI Jakarta dalam perwujudan reintegrasi
ekonomi adalah dengan melakukan program pelatihan kewirausahaan yang dilakukan
oleh kelompok kerja pemberdayaan dari BP3MI DKI Jakarta. Dalam pelaksanaan
program tersebut, fungsi yang dijalankan oleh teknologi transformasi dititkberatkan
kepada people changing dengan target perubahan status perekonomian dan memiliki
keahlian untuk melakukan wirausaha. Perubahan yang terjadi pada PMI purna
ditunjukkan pada perubahan status ekonomi dengan mengubah wawasan dan keahlian
dalam mendirikan wirausaha. Pelatihan kewirausahaan yang dilakukan untuk
mewujudkan perubahan tersebut terdiri dari pemaparan sesi materi untuk mendirikan
wirausaha dan berkas yang dibutuhkan serta mengajarkan keahlian khusus yang telah
dipilih oleh PMI purna, seperti kuliner, pariwisata, dan jasa. Tahapan penerapan teknologi
yang diterapkan oleh BP3MI DKI Jakarta untuk klien yaitu terdiri dari tahapan persiapan
dan penjangkauan, asesmen, pelaksanaan, monitoring, dan perubahan status ekonomi.
Selain itu, BP3MI DKI Jakarta didukung dengan kerja sama dengan instansi milik negara,
seperti Dinas Ketenagakerjaan DKI Jakarta, Bank BNI, Bank Mandiri, dan instansi lain,
yang fokus bekerja sama dengan PMI purna untuk memberikan materi pada saat pelatihan
atau menerima PMI purna dari BP3MI DKI Jakarta yang direkomendasikan untuk Jakarta yang direkomendasikan untuk mengikuti pelatihan di instansi tersebut. Sementara
itu, BP3MI DKI Jakarta menghadapi tantangan berupa target peserta yang sulit untuk
terpenuhi, tidak memiliki data yang terintegrasi mengenai kepulangan pekerja migran,
serta terkendala jarak yang cukup jauh dari rumah para PMI purna ke kantor BP3MI DKI
Jakarta. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa BP3MI DKI Jakarta telah menjalankan
penerapan teknologi transformasi human service organization yang dilalui klien melalui
lima tahapan dengan tujuan ingin mewujudkan reintegrasi ekonomi PMI purna sehingga
dapat bertahan hidup dan mandiri secara ekonomi di Indonesia. Dalam perwujudan tujuan
tersebut, BP3MI DKI Jakarta menghadapi berbagai tantangan. Akan tetapi, BP3MI tetap
memperoleh dukungan dari pihak eksternal melalui kerja sama.
Deskripsi Lengkap