Perubahan iklim menjadi tantangan global yang memengaruhi keberlanjutan ekosistem dan
kesejahteraan manusia di wilayah dengan risiko tinggi bencana hidrometeorologi. Dampaknya
meliputi peningkatan frekuensi banjir, kekeringan, ancaman terhadap ketahanan pangan hingga
kesehatan masyarakat. Untuk merespons hal ini, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meluncurkan Program Kampung Iklim (ProKlim)
sebagai inisiatif adaptasi dan mitigasi berbasis komunitas. Pada tahun 2023, ProKlim mengalami
rekonseptualisasi menjadi Program Komunitas untuk Iklim, yang memperluas cakupan
partisipasi dari wilayah administratif (desa/kelurahan) ke komunitas berbasis aktivitas. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis bentuk dan kedalaman partisipasi masyarakat dalam
implementasi ProKlim setelah kebijakan rekonseptualisasi dengan menggunakan model
partisipasi UNDP untuk memetakan partisipasi dalam empat domain (rumah tangga, ekonomi,
sosial-budaya, politik), serta tipologi partisipasi White untuk menilai tingkat kedalaman
partisipasi (nominal, instrumental, representatif, transformatif). Metode penelitian berupa critical
review terhadap literatur dan dokumen kebijakan relevan, termasuk laporan tahunan KLHK,
artikel ilmiah, serta lima studi kasus implementasi program di Kelurahan Pekayon Jaya, RW 09
Kelurahan Pucangsawit, Desa Sidodadi Ramunia, Nagari Guguak Korong Pasa Surau, dan
Kelurahan Kampung Bugis Kota Tanjungpinang. Hasil analisis menunjukkan bahwa setelah
rekonseptualisasi, partisipasi masyarakat meningkat secara kuantitatif, dari 4.202 lokasi pada
2022 menjadi 10.113 lokasi pada pertengahan 2024. Namun, secara kualitatif, variasi partisipasi
cukup signifikan antar wilayah. Pada domain rumah tangga, keterlibatan masyarakat umumnya
bersifat instrumental atau terbatas pada kegiatan teknis. Meskipun demikian, contoh partisipasi
transformatif muncul di Nagari Guguak Korong Pasa Surau dan RW 09 Pucangsawit, di mana
komunitas secara mandiri menginisiasi program lanjutan dan memperluas jejaring kemitraan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa keberhasilan ProKlim sebagai program berbasis komunitas
sangat bergantung pada kualitas partisipasi masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan,
seperti keterbatasan kapasitas kelembagaan lokal, ketimpangan akses sumber daya, dan dominasi
pendekatan top-down dalam implementasi kebijakan. Oleh karena itu, penelitian ini memberikan
beberapa rekomendasi untuk pembuat kebijakan, pelaksana program, mitra pihak ketiga, peneliti
dan akademisi untuk mendorong partisipasi masyarakat dan memastikan keberlanjutan program
dalam mencapai target adaptasi-mitigasi perubahan iklim nasional.
Deskripsi Lengkap