Penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena kekalahan dalam upaya suksesi
kekuasaan Dinasti Politik Zulkifli Nurdin melalui pencalonan Ratu Munawaroh dalam
Pemilihan Gubernur Jambi tahun 2020 dan Zumi Laza dalam Pemilihan Bupati Tanjung
Jabung Timur tahun 2024. Dinasti ini berada di ambang kejatuhan setelah kasus korupsi
Zumi Zola serta wafatnya Zulkifli Nurdin pada tahun 2018. Melalui metode kualitatif,
penelitian ini mengadaptasi teori boundary control dari Edward L. Gibson (2013) dengan
dua kerangka kerja boundary strengthening dan boundary opening. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kekalahan Ratu Munawaroh dipengaruhi oleh lemahnya jejaring
kekerabatan dan kerentanan terhadap sumber daya ekonomi, kondisi tersebut memberi
celah bagi kompetitor untuk menerapkan strategi pembukaan batas (boundary opening)
melalui penguasaan mesin partai, kampanye negatif serta menawarkan program
kampanye yang memanfaatkan situasi psikologis pemilih di tengah pandemi Covid-19.
Sementara itu, kekalahan Zumi Laza memperlihatkan adanya upaya penguatan batas
kekuasaan (boundary strengthening) melalui pemanfaatan political linkage dengan elite
nasional dengan menguasai struktur partai lokal. Namun, tidak adanya penguatan basis
dukungan di tingkat DPD PAN Tanjung Jabung Timur memunculkan perpecahan internal
yang dimanfaatkan dinasti pesaing, Dilla Hich, dengan melakukan strategi boundary
opening melalui pembangunan kekuatan alternatif dan praktik money politics. Studi ini
memberikan kontribusi terhadap penguatan teori boundary control dalam konteks politik
lokal dengan menunjukkan bahwa boundary opening berhasil menekan efektivitas
boundary strengthening, bahkan menggeser dominasi kekuasaan dinasti politik.
Deskripsi Lengkap