Penelitian ini menganalisis peran politik Muhammadiyah dalam mengadvokasi
reformasi sistem pemilu legislatif di Indonesia pada periode 2009?2024. Sebagai
organisasi Islam modernis, Muhammadiyah mengkritik sistem proporsional daftar
terbuka (OLPR) karena dinilai memicu politik transaksional dan merusak kualitas
demokrasi. Dengan pendekatan kualitatif dan studi kasus, penelitian ini menggunakan
teori civil Islam (Hefner) dan model advokasi kebijakan (Start & Hovland) untuk
menjelaskan strategi Muhammadiyah dalam memperjuangkan perubahan sistem pemilu.
Hasil studi menunjukkan bahwa Muhammadiyah mengajukan sejumlah usulan
reformasi, termasuk penggantian OLPR dengan sistem daftar tertutup atau terbuka
terbatas. Namun, usulan tersebut belum berhasil memengaruhi kebijakan formal karena
kuatnya resistensi elite partai di DPR.Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun
keterbatasan struktural membatasi efektivitas advokasi Muhammadiyah, organisasi ini
tetap berperan penting dalam memperjuangkan kualitas demokrasi substantif melalui
bahasa moral publik dan peran aktif di ruang sipil. Implikasi teoretis dari temuan ini
menegaskan relevansi model engaged civil society dalam demokratisasi pasca-
otoritarianisme di Indonesia.
Deskripsi Lengkap