Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana modal sosial berperan dalam
proses keterpilihan Tutik Kusuma Wardhani sebagai satu-satunya perempuan Bali yang
berhasil terpilih sebagai anggota DPR RI pada Pemilu 2024. Dalam konteks struktur
sosial Bali yang patriarkal, keterwakilan politik perempuan menghadapi hambatan yang
signifikan baik secara struktural, kultural, maupun simbolik. Melalui pendekatan
kualitatif dan studi kasus, penelitian ini menggunakan teori modal sosial Pierre Bourdieu
dengan tiga dimensi utama: volume jaringan, pertukaran material dan simbolik, serta
keberlanjutan hubungan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan Tutik
tidak terlepas dari pemanfaatan jaringan sosial yang luas dan berkelanjutan, termasuk
jaringan kesehatan melalui RSU Kertha Usada, jaringan perempuan melalui Wanita Tani
Indonesia (WTI), komunitas adat dan subak, serta jejaring kekeluargaan (dadia) dan
internal Partai Demokrat. Tutik berhasil membangun dan mengelola jaringan sosial
tersebut tidak hanya sebagai alat mobilisasi elektoral, tetapi juga sebagai instrumen
legitimasi sosial di tengah kultur politik Bali yang maskulin. Penelitian ini menegaskan
bahwa dalam konteks budaya lokal seperti Bali, modal sosial dapat menjadi kekuatan
strategis yang memungkinkan perempuan menembus batas-batas struktural dan kultural
dalam dunia politik.
Deskripsi Lengkap