Perubaham dinamika keluarga di indonesia, salah satunya ditandai oleh meningkatnya kasus keluarga broken home akibat perceraian, telah memunculkan
kompleksitas baru dalam pola komunikasi antara anak dan orang tua. Komunikasi
keluarga, sebagai proses yang sarat makna, tidak hanya dipengaruhi oleh struktur
sosial, tetapi juga oleh pengalaman subjektif yang membentuk cara individu
memaknai hubungan di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
secara mendalam pola komunikasi antara anak dan orang tua, baik yang tinggal
bersama (custodial) maupun yang tidak tinggal bersama (non-residensial), dalam
konteks keluarga broken home. Dengan pendekatan kualitatif dan paradigma post- positivist, penelitian ini menggunakan teori pola komunikasi keluarga dari
Koerner dan Fitzpatrick, melalui dua dimensi utama: conversation orientation dan
conformity orientation. Wawancara dilakukan terhadap delapan informan dewasa
muda yang telah mengalami kehidupan dalam keluarga broken home selama lebih
dari lima tahun. Melalui analisis naratif terhadap pengalaman informan, penelitian
ini menemukan bahwa pola komunikasi keluarga memunculkan adanya kedekatan
emosional dan keterbukaan komunikasi antara anak dengan orang tua mereka. Temuan mengindikasikan adanya perbedaan pola komunikasi antara kedua orang
tua, serta munculnya tema-tema seperti kedekatan emosional, kenyamanan
intrapersonal maupun interpersonal, dan tantangan dalam membangun hubungan
pasca broken home.
Deskripsi Lengkap