Studi fandom dan Ilmu Komunikasi kini telah berkembang ke arah studi mengenai identitas
fandom yang mulanya berada di ruang privat kini mulai terbuka ke ruang publik, penelitian ini
mengkaji fenomena Swifties Indonesia yang membentuk aktivitas fandom dari ruang daring ke
ruang publik secara luring. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis bagaimana mereka
membentuk dan memaknai fandom space melalui fan gathering. Menggunakan paradigma
konstruktivis dengan pendekatan studi kasus kualitatif, data dikumpulkan melalui wawancara
mendalam dan observasi media sosial terhadap dua kasus: fun walk di ruang publik terbuka dan
karaoke night di ruang semi-tertutup, yang dianalisis menggunakan konsep presentation of self
dan performance dari Goffman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fan gathering berfungsi
sebagai "panggung depan" (front stage) di mana fandom space dibentuk melalui tindakan
simbolik. Adapun penampilan dari front stage dipengaruhi back stage dari seorang fans. Secara
utuh, kedua sisi tersebut mempengaruhi bagaimana strategi presentation of self yang dipilih saat
melaksanakan performance. Apabila dilihat dari sisi pemaknaan ruang performance sebagai
sebuah fandom space, hasilnya sangat bergantung pada setting-nya. Hasil menunjukkan fun walk
di ruang terbuka dimaknai sebagai performance berisiko tinggi yang memicu kecemasan,
sementara karaoke night di ruang semi-tertutup berhasil menciptakan fandom space yang aman.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembentukan fandom space oleh Swifties adalah tindakan
kolektif yang kompleks, di mana keberhasilan performance dan kepuasan penggemar sangat
bergantung pada kemampuan mengontrol setting dan narasi panggung.
Deskripsi Lengkap