Di tengah minimnya jaminan sosial dan meningkatnya tekanan hidup bagi orang muda di
Indonesia, negara Indonesia justru mendorong tanggung jawab pribadi sebagai jalan
keluar dari krisis struktural yang ada. Program beasiswa Indonesian International Student
Mobility Awards (IISMA) hadir dalam konteks ini sebagai sarana mobilitas sosial melalui
pendidikan tinggi global. Seiring popularitasnya yang kian meningkat, IISMA memicu
perdebatan intensif di media sosial X (X), khususnya mengenai aksesibilitas,
meritokrasi, dan beban representasi yang diemban para penerimanya. Studi ini bertujuan
memahami bagaimana politik survivabilitas orang muda dimaknai dan dinegosiasikan
melalui diskusi mengenai IISMA di media sosial X. Penelitian ini menggunakan
paradigma konstruktivisme kritis dan pendekatan kualitatif berbasis analisis naratif dan
tematik. Data dikumpulkan melalui analisis ribuan cuitan publik dam wawancara
mendalam dengan penerima beasiswa. Temuan penelitian menunjukkan bahwa media
sosial bukan hanya sebagai ruang ekspresi, tetapi juga arena produksi makna tentang
keberhasilan, privilese, dan ketidakpastian masa depan. Sebagian mahasiswa memandang
IISMA sebagai ?modal simbolik? yang diperebutkan dalam situasi keterdesakan
ekonomi. Namun di sisi lain, beasiswa ini juga menjadi beban representasi atas konstruksi
pemuda ideal yang diharapkan masyarakat. Studi ini berkontribusi pada pengembangan
literatur tentang konstruksi realitas yang termediatisasi, subjektivitas neoliberal, dan
politik afektif di era digital. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya mendengar suara
orang muda dalam memahami keterhubungan antara pendidikan dan ketimpangan sosial
di Indonesia kontemporer.
Deskripsi Lengkap