Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana para pelari amatir mengonstruksi identitas
online mereka melalui media sosial, dalam hal ini Instagram, di tengah konsumerisme
olahraga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi cara-cara yang digunakan
oleh para pelari untuk mengonstruksi identitas online mereka serta mencari tahu bagaimana
konsumerisme dalam olahraga membentuk konstruksi identitas online mereka. Dengan
menggunakan metode studi kasus, penelitian ini mewawancarai sepuluh informan yang aktif
berlari jarak jauh dan telah mengikuti berbagai event lari, serta mengunggah aktivitas larinya
melalui media sosial. Penelitian dilakukan dengan menggunakan paradigma konstruktivisme
kritis. Meminjam konsep identitas digital Rob Cover, hasil penelitian menunjukkan bahwa
identitas online para pelari dibentuk melalui mutualisme performativitas secara online
maupun offline. Performativitas online dilakukan dengan modifikasi profil dan identifikasi
relasional. Unggahan melalui feed dan story menjadi tulang punggung konstruksi identitas
mereka. Melalui performativitas yang mereka bangun di media sosial, mereka juga dikenal
sebagai pelari di dunia luring. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa identitas online
informan terbentuk karena pengaruh kompetisi dan konsumerisme. Kedua hal tersebut
menciptakan motivasi-motivasi tambahan yang membuat mereka terus berlari, selain untuk
alasan kesehatan. Kompetisi dan konsumerisme membuat para pelari bisa terus menciptakan
distingsi dengan orang lain, terutama pelari lain. Elemen-elemen yang membentuk distingsi
tersebut di antaranya adalah jarak race, jenis race, jersey finisher, pace dan heart rate, serta
event lari yang diikuti, lokasi race, outfit, komunitas yang diikuti, lokasi latihan. Temuan lain
yang menjadi masukan bagi studi komunikasi dan olahraga adalah identitas online yang
ditunjukkan oleh para pelari menunjukkan adanya peran besar media sosial dalam
menumbuhkan konsumerisme dalam olahraga non-tontonan. Media sosial dan lari
menumbuhkan konsumerisme olahraga yang tidak lagi bertumpu pada televisi dan atlet/klub
besar, tetapi pada pelaku olahraga amatir?dalam hal ini pelari?untuk bisa menjadi
konsumen sekaligus produsen pesan melalui media sosial masing-masing.
Deskripsi Lengkap