Disertasi ini menjelaskan relasi antara agenda media sosial dengan agenda media
di era media sosial. Rujukan penelitian ini adalah dua konsep Reversed Agenda
Setting yaitu Early Recognizer sebagai mediator agenda dari Brosius dan
Weimann (1996; 2016) dan Agenda Rippler sebagai perantara agenda media sosial
dengan media dari Kim dan Lee (2006). Studi ini juga mengulas proses internal
media dalam pembuatan agenda, agar bisa mempengaruhi kebijakan publik
berlandaskan teori Agenda Building (Cobb & Elder, 1971; Denham, 2004).
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pola kerja redaksi dalam mengadopsi
isu-isu publik dari media sosial X untuk dijadikan agenda media, dan
menganalisis strategi pengemasan konten agenda media yang berasal dari media
sosial. Penelitian menggunakan metode mix method, dengan analisa data
kuantitatif yaitu data trending X dan data jumlah produksi konten
CNNIndonesia.com, serta data kualitatif yang diolah dari wawancara pengambil
kebijakan editorial, studi dokumen dan observasi rapat editorial. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa Agenda Publik di media sosial X dengan Agenda Media
ternyata tidak berada dalam proses struktural yang bersifat universal, melainkan
sebagai mekanisme yang bersifat selektif, situasional, dan bergantung pada
konteks dari isu yang menjadi agenda. Saat media dan media sosial secara
simultan menyampaikan agenda yang sama, maka korelasi antara keduanya akan
kuat. Berita viral di media sosial yang mengandung unsur kepentingan publik
yang berpotensi menjadi agenda media. Viralitas agenda media sosial dipantau
langsung oleh Gatekeeper media. Kebijakan editorial tetap memegang peran
determinan dalam penentuan konten media sosial yang akan menjadi agenda
media. Tema dan kemasan editorial dirancang untuk memperoleh perhatian publik
dan pengambil kebijakan untuk mempengaruhi kebijakan publik Selain itu,
verifikasi, izin dan nilai berita sebagai patokan prinsipil jurnalis dalam memilih
dan mengemas tema agenda media. Temuan lain dari penelitian ini adalah peran
mediator, Early Recognizer dan Agenda Rippler, dalam Reversed Agenda Setting
relatif tidak relevan. Hal ini disebabkan karena kehadiran teknologi telah
memungkinkan akses langsung antara publik, media dan pengambil kebijakan
publik. Melalui studi ini dipahami, bahwa di era media sosial, alur agenda dalam
perspektif Reversed Agenda Setting beradaptasi menjadi lebih singkat, lantaran
baik publik, media dan pengambil kebijakan bisa berinteraksi secara langsung
melalui jejaring internet dan media sosial.
Deskripsi Lengkap