Penelitian ini merupakan kajian disiplin Ilmu Kesejahteraan Sosial mengenai pengasuh anak dengan disabilitas di Yayasan Sayap Ibu cabang Jakarta. Yayasan ini merupakan Lembaga Sosial Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) yang memberikan pengasuhan kepada anak terlantar dan pelayanan adopsi baik disabilitas maupun non disabilitas. Berbicara mengenai pelayanan adopsi, nyatanya adanya ketimpangan kesempatan antara anak dengan disabilitas dengan non disabilitas. Ketimpangan ini berupa anak non disabilitas lebih berkesempatan mendapat orang tua angkat dibandingkan anak dengan disabilitas. Hal tersebut disebabkan adanya keinginan calon orang tua angkat mengadopsi yang mereka sebut anak normal. Dengan adanya kondisi tersebut, anak dengan disabilitas harus tinggal lebih lama di lembaga. Akibatnya, pengasuh dihadapkan tugas-tugas yang kompleks dan beban kerja yang tinggi karena harus mengasuh anak dengan disabilitas yang beragam dan bertambah yang masih tertahan di lembaga sehingga pada akhirnya menimbulkan stres. Meskipun demikian, pengasuh anak disabilitas mampu bertahan karena adanya resiliensi. Oleh karena itu, penelitian ini mengungkap bagaimana gambaran resiliensi pengasuh anak dengan disabilitas di lembaga Yayasan Sayap Ibu. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang dilaksanakan pada Februari hingga Juli 2025. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam yang dipilih secara purposive sampling kepada enam informan pengasuh institusional di Yayasan Sayap Ibu cabang Jakarta dan studi dokumentasi untuk menguak keadaan empiris pengasuh anak dengan disabilitas di Yayasan Sayap Ibu. Hasil penelitian mengungkap bahwa sebagian pengasuh resilien ditandai dengan adanya kemampuan tiga pondasi utama yakni regulasi emosi, pengendalian impuls, dan analisis kausal. Namun, sebagian pengasuh lain tergolong kurang resilien karena hanya memenuhi dua pondasi, yaitu regulasi emosi dan analisis kausal. Kemampuan pengendalian impuls cenderung masih mengikuti dorongan seperti mengangkat anak dengan paksa dan menakut-nakuti anak saat perilaku sulit diarahkan. Meskipun demikian, kemampuan lain seperti optimisme, empati, dan reaching out relatif baik pada semua pengasuh. Adapun, kemampuan efikasi diri terungkap bahwa empat pengasuh cenderung tidak percaya diri dengan kemampuannya ditandai dengan menyerahkan anak asuhnya saat tengah tanrum kepada pengasuh lainnya.
Deskripsi Lengkap