Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana kampanye digital
#IndonesiaButuhKerja tahun 2020 membentuk hegemoni narasi pro-RUU Cipta Kerja
dalam ruang media sosial melalui peran pemengaruh (influencer). Dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dan studi kasus, penelitian ini memadukan teori
hegemoni Antonio Gramsci, konsep networked propaganda dari Benkler, Faris, dan
Roberts (2018), serta kerangka politik digital Asia Tenggara dari Merlyna Lim (2024).
Data dikumpulkan dari unggahan media sosial pemengaruh yang terlibat dalam
kampanye dan dianalisis menggunakan perangkat lunak NVivo 14 melalui coding
tematik dan matrix query. Temuan menunjukkan bahwa pemengaruh berperan sebagai
simpul (nodes) dalam ekosistem propaganda digital, menyampaikan narasi pro-RUU
Cipta Kerja dalam bentuk yang personal, afektif, dan tampak netral. Pemengaruh
menjalankan fungsi intelektual tradisional dalam konteks digital dengan membingkai
penerimaan terhadap RUU Cipta Kerja sebagai sesuatu yang wajar dan tak terelakkan,
melalui representasi gaya hidup, kredibilitas personal, dan kedekatan emosional. Dalam
konfigurasi ini, dominasi narasi tidak dijalankan melalui represi, melainkan melalui
produksi konsensus afektif yang tersebar melalui jaringan media sosial.
Deskripsi Lengkap